Jakarta, Istananews.com – Harga beras terus melambung paling tidak dalam 1- 2 minggu terakhir, apalagi sebagian kali membongkar rekor. Perihal ini terjalin bukan cuma pada beras premium, namun pula beras medium.

Bersumber pada informasi Panel Harga Tubuh Pangan, pada Pekan( 25/ 2/ 2025) harga beras premium turun Rp390 ke Rp15. 870 per kilogram. Walaupun sudah meninggalkan titik tertingginya, harga tersebut masih terkategori besar. Sedangkan itu, beras medium naik Rp170 ke Rp14. 390 per kilogram.

Harga tersebut telah jauh melampaui harga eceran paling tinggi( HET) yang diresmikan pemerintah.

Selaku data, bersumber pada Peraturan Tubuh Pangan Nasional Nomor 7/ 2023, HET beras berlaku semenjak Maret 2023 merupakan Rp. 10. 900/ kilogram medium, sebaliknya beras premium Rp 13. 900/ kilogram buat Zona 1 yang meliputi Jawa, Lampung, Sumsel, Bali, NTB, serta Sulawesi. Sedangkan, HET beras di Zona 2 meliputi Sumatra tidak hanya Lampung serta Sumsel, NTT, serta Kalimantan dipatok Rp 11. 500/ kilogram medium serta beras premium Rp 14. 400/ kilogram. Sedangkan di zona ke- 3 meliputi Maluku serta Papua, HET beras medium sebesar Rp 11. 800/ kilogram, serta buat beras premium sebesar Rp 14. 800/ kilogram.

Deputi I Bidang Ketersediaan serta Stabilisasi Pangan Tubuh Pangan Nasional( Bapanas) I Gusti Ketut Astawa menyebut aspek pergantian hawa yang tidak menentu jadi pemicu tumbuhan padi petani kandas, sampai menimbulkan harga beras di pasaran jadi naik.

Baca Juga  Pemilu Usai, Bhabinkamtibmas Tetap Jalin Silaturahmi Dengan Warga

” Kemarin waktu kita( Bapanas) ke lapangan, ke wilayah Grobogan serta lain sebagainya, itu terdapat 3 ribu hektare( sawah) tergenang banjir. Nyatanya, cocok hujan kencang ia kencang banget hujannya, kesimpulannya banjir,” kata Ketut kepada CNBC Indonesia, dilansir Pekan( 25/ 2/ 2024).

” Ini terdapat kemampuan kandas. Mudah- mudahan tidak kandas ya, tetapi terdapat kemampuan yang wajib kita was- was. Itu kan petani menghasilkan ongkos yang lebih pula. Sedangkan di tempat lain agak besar, di tempat yang lain agak rendah hujannya. Nah ini dampak gorila El Nino kita katakan. Akibatnya ini telah mulai dialami petani,” ucapnya.

Walaupun begitu, Ketut meningkatkan, grupnya senantiasa mengacu kepada Kerangka Ilustrasi Zona( KSA) BPS, yang melaporkan bulan pada Januari- Februari 2024 ini, penciptaan padi masih hendak minus dari kebutuhan.

” Maksudnya memanglah Januari- Februari itu memanglah kita agak cukup koreksinya,” tutur ia.

” Tetapi, di bulan Maret bagi prediksi KSA BPS kita produksinya telah dekat 3, 5 juta ton beras. Jadi ini hendak terjalin surplus. Harapan kita habis Maret, April, Mei, Juni pula terjalin surplus. Jika itu terjalin, hingga mulai lah hendak terjalin penyesuaian ataupun koreksi harga yang ke dasar,” ucap Ketut.

Gejolak Harga Gabah

Baca Juga  Safari Ramadhan Polres Tanjung Balai Usai Sholat Dzuhur Laksanakan Tausyiah Kamtibmas dan Menyerahkan Kitab Qaulan Karima

Di sisi lain, harga gabah pula terpantau naik. Harga Gabah Kering Panen( GKP) saat ini ini telah di Rp7. 500 per kilogram, apalagi terdapat yang hingga Rp8. 000 per kilogram. Setelah itu, Gabah Kering Giling( GKG) telah terdapat yang Rp8. 200- Rp8. 500 per kilogram.

” Jadi jika GKP ataupun GKG dengan harga segitu, gampangnya dikali 2 saja, dikali 2 memanglah hendak menciptakan segitu harga( berasnya), tidak jauh dari sana,” kata Ketut kepada CNBC Indonesia.

Ketut menuturkan, sehabis berkoordinasi dengan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia( HKTI) serta pemangku kepentingan yang lain, harga GKP/ GKG jadi besar itu diakibatkan sebab produksinya yang memanglah sedikit terkoreksi, imbas dari El Nino yang panjang.

” Terdapat sebagian petani kita yang jadi kandas panen. November ataupun Desember ia tanam tetapi besoknya kering, kesimpulannya ia ngulang tanam. Serta itu juga bersumber pada KSA BPS, memanglah terdapat koreksi sedikit terpaut dengan produksinya,” tuturnya.

” Nah yang berikutnya, pemicu GKP besar pula merupakan sewa lahan yang telah naik. Dahulu bisa Rp3 juta saat ini tidak bisa, telah Rp12 jutaan,” lanjut Ketut.

Serta, keadaan itu diperparah harga pupuk yang naik, akibat perang yang terjalin di Ukraina.

” Seperti itu yang menimbulkan GKP/ GKG nya naik. Jika GKP/ GKG naik, hingga telah tentu harga beras pula naik,” pungkasnya.